Sebutan ayam kampung pasti semua sudah tahu, karena hampir tiap keluarga di pedesaan atau di kampung memelihara ayam sebagai unggas piaraan yang dikenal dengan ayam kampung. Dibanding dengan unggas piaraan yang lain, ayam kampung paling banyak dipelihara, sungguhpun secara tradisional. Sebagian besar pemeliharaan ayam hanya sambilan saja, bila sudah besar bisa dijual atau dipotong untuk konsumsi sendiri, ada yang diambil telurnya, karena mencari telur ayam kampung di warung belum tentu ada. Sehingga usaha telur ayam kampung juga dapat sebagai peluang usaha dan harganya layak seimbang dengan harga telur itik atau bebek. Banyak penggemar daging ayam kampung, bahkan saat ini ada kecenderungan memilih daging ayam kampung dibanding ayam potong
Ternak Ayam Tradisional
Pemeliharaan ayam kampung sifatnya masih tradisional, atau hanya sebagai ternak ayam sambilan. Pagi keluar kandang sendiri bahkan ada yang tidak dikandangkan karena tidur di emperan belakang atau di pohon dekat rumah. Kadang diberi pakan seadanya, lalu pergi mencari makan sendiri atau diumbar, dan sore menjelang petang pulang. Tidak mesti diberi pakan secara rutin, hanya sisa nasi atau makanan yang ada yang diberikan, sore haripun juga tidak diberi pakan. Model kandang kadang juga seadanya, belum diusahakan secara baik. Model ternak ayam seperti ini memang tidak menguntungkan, pertumbuhan atau populasinya lambat, padahal kebutuhan konsumsi cukup tinggi, dengan banyaknya penjual ayam goreng baik yang ideran atau kios dipinggir jalan atau yang membuka warung makan dengan modal besar. Saat ini ada kecenderungan masyarakat kita tidak memasak sendiri. Tapi lebih banyak yang membeli produk olahan yang siap saji, sambil pulang kerja.
Sangat Menjanjikan
Memelihara ayam kampung sebetulnya sangat menjanjikan bila dipelihara dengan baik. Menjual ayam kampung saat ini tidak sulit, banyak bakul ayam, bahkan sekarang penjualan bukan perekor namun ditimbang hidup-hidup dengan harga yang layak dapat mencapai perkilo di kisaran Rp 40.000. Namun ada yang kurang tertarik untuk usaha ayam kampung, karena tidak menguntungkan, harga pakan mahal, takut kena penyakit, dan alasan yang lain. Saya juga mengalami tentang suara-suara demikian. Sebetulnya usaha apapun bila ditekuni dengan serius pasti ada hasilnya. Karena ayam kampung cepat populasinya, usia 5-6 bulan sudah bisa bertelur dan berproduksi. Setelah pensiun saya mengisi kegiatan dengan membeli ayam kampung anakan 6 ekor ternyata 1 pejantan, dan lainnya betina, setelah 6 bulan sudah menjadi ayam dewasa dan siap kawin dan bertelur. Dari 5 ekor indukan setelah 5 bulan sudah berkembang menjadi 50 anakan, secara bertahap dilepas artinya tidak dalam bok lagi, karena sudah cukup besar dan sudah makan dedak padi atau apa saja. Ayam yang saya pelihara bersamaan dengan entok dan ayam kalkun maupun ayam bangkok, dalam satu lokasi. Unggas ini bisa makan bersama walaupun kadang saling berebut, sehingga makanan yang diberikan pasti tidak tersisa. Dari pengamatan saya entok dan kalkun bisa hidup bersama, namun yang sering menyerang justru ayam kampung baik indukan maupun pejantannya.
Dari pengamatan ditemukan, saat ini ada kecenderungan kebutuhan daging ayam kampung terus meningkat, indikatornya banyak warung makan dengan label ayam kampung yang cukup banyak. Pada jam istirahat waktunya makan siang, warung makan dengan menu ayam goreng, ayam penyet, ayam bakar atau apa istilahnya akan penuh dengan pengunjung, untuk santap siang. Mereka para pegawai atau karyawan yang pulang sore antara jam 16.00-17.00 petang, sehingga tidak memungkinkan pulang hanya untuk makan siang, dengan pertimbangan jarak dan waktu, kecuali yang membawa bekal sendiri, tapi jumlahnya juga tidak banyak. Sehingga disimpulkan bahwa kebutuhan daging ayam akan terus meningkat sesuai dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
Sistem Perkandangan
Agar tidak kena panas dan hujan diperlukan sistem perkandangan yang aman dan nyaman, bisa menggunakan atap seng karena lebih awet dan mudah mencarinya. Ukuran tergantung luas lahan, saya membuat kandang 3 X 10 meter dan akan terus dikembangkan. Agar ayam tidak berkeliaran jauh, perlu ada pagar keliling, dapat menggunakan bambu atau pagar jaring plastik pabrikan karena mudah dan harga terjangkau mencarinya juga tidak sulit, bisa dibeli di toko pertanian atau peternakan.
Perlu disediakan area umbaran untuk pergerakan ayam, tidak hanya didalam kandang terus. Luas area umbaran disesuaikan dengan kondisi lahan, akan lebih baik bila cukup luas, sehingga pergerakan ayam dapat bebas, tetapi juga perlu ada peneduh agar tidak kepanasan, berupa tanaman. Sehingga sistem perkandangan saya tempatkan di dekat tanaman tahun, seperti pohon duren, jambu dan yang lain. Sehingga bila panas ayam bisa berteduh di bawah pohon, dan dibuatkan tempat untuk istirahat berupa, bambu atau kayu untuk tempat bertengger ( bahasa Jawa : tangkringan ) dengan ketinggian sekitar 50-60 cm di atas tanah.
Tempat Bertelor
Perlu dibuatkan kotak khusus untuk bertelur dan mengerami telurnya, menggunakan papan bekas, besarnya disesuaikan dengan kebutuhan, katakan ukuran 40 cm X 30 cm X tinggi 20 cm. Kotak dapat disesuaikan dengan keadaan atau jumlah indukan. Dari 5 indukan bisa disediakan 5 kotak tempat bertelur, untuk mengerami telurnya hanya butuh waktu 21 hari. Bila indukannya banyak maka kotak untuk bertelur dapat disesuaikan dengan jumlah indukan. untuk memudahkan kontrol kotak beri nomor urut 1, 2 dan seterusnya, karena baru lima kotak diberi nomor 1-5. Bila indukan bertambah maka kotak bisa tambah menjadi sesuai dengan jumlah indukan. Rata-rata ayam bertelur antara 8-12 butir per ekor, dan populasinya cepat, karena anakan ayam yang menetas langsung dapat dipindahkan di bok khusus pembesaran, dengan bantuan lampu 5 watt dan makanan khusus untuk anak ayam yang bisa dibeli di toko pakan ayam yang banyak tersedia. Ukuran bok pembesaran dapat disesuaikan dengan selera masing-masing. Pada gambar dibawah ini dibuat dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm, satu lembar triplek ukuran 120 cm x 240 cm cukup dan tidak tersisa, kerangka dapat menggunaka kayu reng.
Kotak Khusus Pembesaran
0 komentar:
Posting Komentar